Oleh: Ust. Muhajirul Fadhli
Refleksi Tausiyah Zuhur – Masjid Fathun Qarib UIN Ar-Raniry
Rabu, 13 Muharram 1447 H / 9 Juli 2025 M
Al-Rasyid.id -- Tausiyah Zuhur yang disampaikan oleh Ust. Muhajirul Fadhli di Masjid Fathun Qarib UIN Ar-Raniry bukan sekadar pengingat, tetapi tamparan halus bagi kita semua—bahwa ilmu bukan hanya perkara lisan dan hafalan, tapi erat kaitannya dengan kesucian hati dan kehalalan hidup kita sehari-hari.
Melalui kisah Imam Asy-Syafi’i yang kehilangan ketajaman hafalannya hanya karena memakan sebutir kurma tanpa izin, Ustaz Muhajirul mengajak kita merenung dalam. Saat Imam Asy-Syafi’i mengadu kepada gurunya, Imam Waqi’, ia dinasihati:
"Syakautu ila Waqi’i su’a hifdzi, fa arsyadani ila tarkil ma’ashi. Wa akhbarani bi anna al-‘ilma nuurun, wa nuurullahi laa yu’thaa li ‘aashi."
“Aku mengadu kepada guruku Waqi’ tentang buruknya hafalanku. Maka ia menasihatiku untuk meninggalkan maksiat. Ia mengatakan, ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.”
Dari sini kita belajar bahwa sekecil apa pun bentuk ketidakhati-hatianb ahkan jika itu hanya sebutir kurma dapat menjadi penghalang datangnya cahaya ilmu. Maka, wajar jika kita harus bertanya: Apa yang kita bawa pulang ke rumah? Apakah makanan yang kita beri pada anak-anak betul-betul bersih dari hal yang syubhat, apalagi haram?
Lebih lanjut, Ustaz menyentuh realitas digital masa kini:
“Di tangan kita masing-masing ada HP. Mau masuk surga bisa lewat HP, mau masuk neraka pun bisa lewat HP. Tinggal bagaimana kita mengelolanya.”
Kalimat ini sederhana, tapi dalam maknanya. Ia menegaskan bahwa yang menjadi masalah bukan alatnya, tapi bagaimana kita menggunakannya. Maka menjaga pandangan, pendengaran, dan isi pikiran menjadi bagian dari menjaga cahaya itu tetap menyala di dalam diri kita.
Khultum ini mengajarkan bahwa ilmu adalah anugerah yang tidak turun pada hati yang gelap. Maka sebelum menuntut ilmu tinggi, mari bersihkan dulu tempat ia bersemayam: hati, rezeki, dan kebiasaan kita.
Semoga kita termasuk orang-orang yang bukan hanya mencari ilmu, tapi juga menjaga syarat-syaratnya. Sebab cahaya itu tidak menyinari ruang yang dibiarkan gelap. []
