Oleh: Ustadz Israr Hirdayadi, Lc., MA
Catatan Khutbah Masjid Fathun Qarib UIN Ar-Raniry Banda Aceh Jum’at, 5 Rabiul Awal 1447 H / 29 Agustus 2025 M
Al-Rasyid.id -- Setiap hari yang kita jalani sebenarnya adalah modal hidup yang Allah titipkan. Waktu berjalan terus, tak pernah kembali, dan tak bisa diulang. Karena itu, Al-Qur’an mengingatkan kita untuk selalu bertakwa dan menyiapkan bekal untuk “hari esok” (QS. Al-Hasyr: 18–19). Rasulullah SAW juga menasihati agar kita hidup di dunia ini layaknya orang asing atau musafir: gunakan sehatmu sebelum sakit, dan hidupmu sebelum mati.
Sekarang kita sudah masuk bulan Rabi‘ul Awwal. Kalau dihitung, Ramadan lalu sudah lima bulan berlalu, dan lima bulan lagi Ramadan akan datang kembali. Para ulama salaf dulu membagi tahun menjadi dua: enam bulan berdoa agar amal Ramadannya diterima, dan enam bulan berikutnya bersiap-siap menyambut Ramadan selanjutnya. Artinya, umur terus berkurang, dan kita harus jeli: apakah hari-hari kita sudah terisi dengan amal kebaikan, atau justru kosong tanpa makna?
Sahabat mulia Abdullah bin Mas‘ud RA pernah berkata, “Aku menyesal bila matahari terbenam, sementara amalku di hari itu tidak bertambah.” Jika seorang sahabat Nabi saja merasa demikian, bagaimana dengan kita yang sering mengabaikan waktu?
Buat para mahasiswa dan anak-anak muda yang baru mulai kuliah di Darussalam, ini adalah fase penting. Di sekitar kalian ada banyak peluang untuk menambah ilmu, iman, dan pengalaman. Tapi di sisi lain juga ada godaan yang bisa melalaikan. Maka jaga amanah orang tua dan isi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat.
Hari Jumat yang kita jalani sekarang adalah momentum terbaik. Malam dan siangnya lebih mulia dari hari-hari lain. Jadi, jangan biarkan hari ini lewat begitu saja. Gunakan waktu untuk mendekat pada Allah, berbuat baik, dan menambah amal shalih.
Intinya, waktu adalah modal utama hidup. Kalau kita pandai memanfaatkannya, kita akan menang. Tapi kalau lalai, penyesalan tidak akan pernah bisa mengembalikan hari yang sudah pergi.
