-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Maulid Nabi Tak Hanya Tradisi dan Kenduri, Bagaimana Mengikuti

Kamis, 04 September 2025 | September 04, 2025 WIB Last Updated 2025-09-04T07:48:14Z

 


Oleh Saifuddin A. Rasyid

(Imam Besar Masjid Fathun Qarib UIN Ar-Raniry Banda Aceh)


Al-Rasyid.id -- UIN Ar-Raniry mengelar agenda menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (mauludun nabiy) pada Selasa 2 September 2025. Perhelatan seremoni itu dibuat di kampus perguruan tinggi Islam negeri (PTKIN) yang lekat di hati masyarakat itu atas dukungan dan kerjasama dengan Yayasan Masjid Raya Sheikh Zayed Center Solo dan Muhamed Bin Zayed University For Humanities Uni Emerat Arab (UEA).


Tidak tanggung tanggung perhelatan bergengsi itu menghadirkan Dr. Muhammad Nouh Al-Qudah, dosen Muhamed Zayed University for Humanities, pendakwah terkenal asal Yordania. Juga menghadirkan Mustofa Atef, Munsyid/ Artis Mesir, disamping itu hadir juga Ketua Yayasan Masjid Raya Sheikh Zayed Center Solo, Dr. Sulthan Faisal Al-Remeithi. Sejumlah tokoh terkemuka pengelola Masjid Raya Sheikh Zayed Center Solo juga hadir membersamai.


Dipenuhi sekira seribu limaratusan civitas akademika UIN Ar-Raniry auditorium Ali Hasyimi di kampus tersebut penuh sesak tak ada orang beranjak. Pasalnya agenda demi agenda yang ditampilkan sepanjang tiga jam acara semuanya sempurna, tanpa cela.


Dr. Muhammad Nouh Al-Qudah mampu membuat hadirin terkesima dengan gaya intonasi orator ulung dan bahasa hemat dan fasih yang beliau gunakan – tentunya bahasa Arab dan didampingi penterjemah khusus yang datang bersama rombongan Solo mendampingi beliau – menggarisbawahi yang utama dari Islam dan keteladanan Nabi adalah akhlak. Orang tidak tahu ibadah apa yang kita lakukan tetapi yang tampak dari kita adalah akhlak, kata beliau.


Tak kurang satu jam beliau berceramah, tak membuat hadirin merasa lelah. Rangkaian ceramah Doktor Muhammad Nouh Al-Qudah dapat diikuti di channel Youtube. Termasuk substansi pandangan beliau yang keras dan tegas mengenai penjajahan zionis di Palestina


Penampilan Mustofa Atef – yang juga terecord lagu lagunya di Youtube – yang juga tak kalah menarik dapat menyihir hadirin. Mustofa dengan gaya cairnya melantunkan bayit bayit shalawat, dengan suara utuh dan berirama indah, sesekali mengajak hadirin ikut bersuara. Dia bergerak bebas dan teratur dari panggung turun ke deretan audiens, membuka sandal dan memanjat ke atas kursi di celah audiens, kembali berlari ke panggung dan berbagai aksinya secara detail diikuti hadirin. Benar benar sempurna.


Acara itu lebih berwarna dengan hadirnya tim nasyid Zawiyah Nurun Nabi besutan Ust Zamhuri Romli untuk mendampingi Mutafa Atef dengan dentuman irama nasyid khas Nurun Nabi. Juga tampilnya Ust Takdir Feriza Hasan (qari internasional) di pembuka acara.


Intinya, seperti saya sampaikan diatas, sempurna. Sangat berkelas. Semoga ini, sebagaimana harapan Prof Mujiburrahman, rektor UIN Ar-Raniry, senada harapan Dr. Sultan Faisal Al-Remeithi, yang juga mewakili UEA, kerjasama ini dapat berlangsung lebih sukses dalam agenda agenda ke depan. Sebagaimana suksesnya beberapa agenda bantuan UEA sebelumnya sudah berlangsung di UIN Ar-Raniry. Yaitu bantuan buka puasa bersama, bantuan daging meugang, bantuan sembako, dan bantuan daging qurban.


Maulid, Tradisi


Peringatan hari kelahiran Nabi SAW memang adalah tradisi, kebudayaan, yang tumbuh di tengah masyarakat muslim. Di berbagai belahan dunia kaum muslimin mengambil momentum 12 Rabi’ul Awal setiap tahunnya untuk memperingati peristiwa mauludun nabiy. Sudah berbilang abad tradisi ini berlangsung.


Yaitu sejak pertamakali dihidupkan pada abad ke 10 Masehi oleh dinasti Fatimiyah di Mesir. Kemudian di kalangam Sunnipada abad ke 12 masehi di Iraq oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi. Inisiatif ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi SAW dan membangkitkan semangat perjuangan kaum muslimn dalam menegakkan ajaran Islam di tengah kehidupan mereka.


Tradisi upacara peringatan maulid Nabi ini hidup di tengah masyarakat dan dengan niat yang baik sudah terbukti menimbulkan dampak positif untuk kekuatan dan kemajuan kaum muslimin. Penaklukan kembali terhadap Yerusalem pada tahun 1187 masehi dan kemenangan umat islam dalam perang salib pada pada tahun 1291 masehi adalah diantara bukti sejarah kekuatan umat yang terinspirasi dari tradisi maulid. Di tengah umat kemudian berkembang tradisi maulid ini diekspresikan dalam bentuk perhelatan (kenduri, pertunjukan seni dan seremoni).


Namanya juga tradisi, atau budaya. yaitu hasil olah pikir dan rasa manusia. Tentu ada naik turun dan polanya dapat bergeser dari satu ke lain generasi. Tergantung kadar kecerdasan dan inovasi manusia. Yang penting dijaga adalah prinsip dan arahnya. Prinsip tidak menyalahi aturan norma agama dan arahnya memberikan energi positif untuk kemajuan kaum muslimin dalam bingkai nilai dan strategi mencapai ridha Allah swt.


Tradisi (budaya) peringatan maulid Nabi adalah syi’ar yang diharap dapat mengharumkan islam dan memberi ruang bagi perkembangan kreasi dan ekspresi seni dan kebudayaan kaum muslimin. Maka bila terjadi sebaliknya tradisi atau budaya ini menyimpang dari syari’at dan berpotensi merusak dan menabrak rambu rambu agama, tentu saja – seperti juga tradisi atau budaya islam yang lain – untuk meniadakannya tentu lebih mengandung kebaikan.


Lima Langkah Mengikuti


Agar tradisi atau budaya peringatan maulid Nabi memiliki makna dan terhindar dari kesia siaan yang sangat tidak disukai oleh baginda Nabi sendiri, maka peringatan maulid itu seyogianya kita follow up dengan langkah mengikuti beliau. Dibawah ini setidaknya lima langkah yang mudah kita ingat.


Pertama, mengikuti ajaran Al-Quran. Rasulullah Muhammad saw adalah manusia mulia yang diutus Allah untuk membawa risalah, Al-quran, kepada umat manusia. Maka untuk mengikutinya tentu dengan mematuhi ajaran Al-Quran itu.


Seringkali para ulama menyebutkan bahwa umat islam berpotensi sedang jauh dari Al-Quran. Yaitu misalnya masih ada generasi muslim yang tidak mampu membaca Al-Quran dengan baik, tidak memahami kandungannya, tidak merasa tertarik untuk memelajarinya, dan tidak tersentuh hatinya untuk mengimplementasi Al-Quran dalam kehidupan pribadinya, keluarganya, dan warga masyarakat yang dipimpinnya. Jadi momentum peringatan maulid Nabi baru memiliki makna kebaikan bila diarahkan untuk mendekatkan manusia kepada Al-Quran.


Kedua, meneladani sunnah dan akhlak Nabi. Selain Al-Quran yang dibawanya hal utama yang diikuti dari baginda Nabi adalah akhlaknya. Seperti poin yang disampaikan Dr. Muhammad Nouh Al-Qudah diatas, diantara hal terpenting yang harus kita ambil dari Nabi SAW adalah akhlaknya. Hal ini pun dikemukakan sendiri oleh Nabi, bahwa “saya diutus untuk mengarusutamakan akhlak”, (mafhum hadis, aw kama qalan Nabiy SAW).


Kita catat bahwa akhlak generasi umat saat ini sedang menghadapi masalah besar. Mereka longgar dari nilai agama. Tidak mengikuti Nabi, atau bahkan mengidolakan pemeran karakter yang viral di tengah tengah mereka. Peringatan maulid Nabi akan bermakna sebagai suatu kebaikan bila mengambil momentum untuk mengembalikan manusia, terutama remaja dan pemuda, ke jalan akhlak sesuai sunnah Nabi SAW.


Ketiga, mencintai Nabi melebihi cinta kepada diri sendiri. Dari satu mafhum hadis Sayidina Umar bin Khattab dites oleh baginda Nabi untuk mengetahui kecintaannya kepada beliau. Kata Umar, “saya mencintaimu ya Rasul melabihi cintaku kepada keluargaku, kecuali cintaku pada diriku sendiri”. Kata Nabi, “kamu belum beriman, ya Umar”. Maka Umar memperbaiki kalimatnya, “aku mencintaimu ya Rasul melebihi cintaku pada apa saja di sekitarku, termasuk diriku”. Nabi SAW menjawab, “nah sekarang kamu sudah beriman, ya Umar”.


Persoalan mencintai Nabi SAW ini dapat diketahui dari ukuran persepsi dan rasa masing masing. Tidak dapat digeneralisir. Masing masing memiliki kadar yang hanya dia yang mengetahui. Tidak dapat dijastifikasi. Yang dapat dilakukan dalam momentum maulid Nabi ini adalah mendorong umat untuk mengenal lebih dalam sosok Rasulullah SAW, yaitu dengan membaca riwayat sejarah kehidupan beliau. Menbaca kembali dan mendalami sirah nabawiyah dari berbagai buku referensi sirah yang ada di sekitar kita.


Keempat, meninggalkan larangan Nabi SAW. Banyak ayat al-Quran mengarahkan manusia untuk menaati Rasul dan meninggalkan larangannya. An-Nisa ayat 80 diataranya, yang menegaskan siapa yang menaati Rasulullah maka sesungguhnya dia sudah menaati Allah. Demikian pula Al-Hasyar ayat 7, memerintahkan untuk mengambil apa yang diperintahkan Rasul dan menjauhi apa yang dilarangnya. Ali Imran ayat 31 menjelaskan jika seseorang mencintai Allah maka hendaknya dia mengikuti Nabi SAW. Disamping itu banyak pula hadis Nabi SAW yang meminta kita ittiba’ yaitu menaati dan meninggalkan larangannya.


Momentum maulid Nabi seyogianya memberi dorongan kepada kita dan umat secara keseluruhan untuk mengkaji lebih dalam ayat dan hadis Nabi tentang kewajiban menaati perintahnya dan meninggalkan rangannya, serta mengevaluasi dan menjastifikasi untuk menyesuaikan aktifitas keseharian kita dengan spirit ittiba’ itu.


Kelima, menyebarkan dan membela ajaran Nabi. Ini adalah langkah mensyi’arkan ajaran Nabi yang merupakan tugas dakwah setiap kita, yang dapat kita lakukan dengan berbagai cara sesuai kemampuan dan peluang yang kita miliki. Intinya ajaran Islam yang sudah sampai ke kita tidak berhenti di tangan kita. Karena kita harus bersedia mencontoh langkah Nabi SAW yang tak berhenti mempromosi ajaran Islam kepada umat manusia sepanjang hidupnya.


Kita berharap tradisi Maulid Nabi SAW dan seremoni apapun bentuknya – termasuk kenduri -- yang diselenggarakan umat Islam dalam memasuki momentum peringatan Mauludun Nabiy tidak hanya berhenti di tradisi dan seremoni. Tetapi umat menindaklanjutinya dengan langkah untuk mengikuti Nabi SAW.


Apa yang Dr. Muhammad Nouh Al-Qudah sampaikan sepanjang ceramahnya hari itu mencerminkan kelima langkah mengikuti Nabi yang perlu ditindaklanjuti. Demikian pula bayit bayit sya’ir yang utamanya berisi shalawat kepada Nabi yang dilantunkan Mustofa Atef mampu memompa semangat kita untuk melihat keagungan, mencintai dan mengikuti Nabi yang mulia.


Ini adalah dakwah, dua bentuk langkah mensyi’arkan Islam yang ditampilkan bersamaan berdasarkan keahlian dan keterampilan masing masing. Intinya li i’lai kalimatillah hiyal ‘ulya dan mengagungkan kelahiran dan kehadiran Nabi di tengah kita untuk kita ikuti dan membersamai beliau sampai akhir nanti. Wallahu a’lam. []

×
Berita Terbaru Update