Oleh Saifuddin A. Rasyid
Al-Rasyid.id | Ada pelajaran sangat penting disampaikan Prof Yusny Saby. “Ini tolong benar benar perhatikan secara baik bagi Anda yang masih punya isteri”, demikian beliau tekankan.
Meeting santai beberapa pengurus ICMI Aceh di MZ Coffee Bada Aceh Senin sore 6 Oktober 2025 membicarakan tema waqaf, dan ICMI Aceh sedang ada program berbasis waqaf. Pengadaan lahan dan pembangunan Bale ICMI Aceh di Tibang.
Prof Yusni memulai berbicara dengan menyerahkan waqaf tunai, sejumlah dana, untuk ikut membiayai program tersebut. Atas nama almarhumah isteri beliau ibu Nawiyah Binti Ishaq yang berpulang belum lama ini.
Seperti ada sedikit tertahan beliau menyampaikan, ada saat saat yang berat dalam hidup, tetapi yang sangat berat adalah ketika anda ditinggal isteri. Maka, itu beliau pesan diatas tadi. Jangan sia siakan. Perhatikan isteri, jaga isteri, pelihara dengan baik terus menerus hubungan anda dengan isteri.
Saya sahut ke Prof Yusny, dalam meeting itu, demikian juga pelajaran yang kita dapat dari Prof BJ Habibie. Saat ibu Ainun berpulang. Pak Habibie juga menghadapi suasana hati yang berat.
Kita semua tahu kemudian Prof BJ Habibie, atas saran psikolog, menulis buku perjalanan kisah hidup beliau dengan Ibu Ainun. Habibie-Ainun. Kita juga tahu buku itu mendapat sambutan sangat luas dan bahkan difilmkan.
Pelajaran mencintai isteri sangat dalam. Saya menjemput Prof Yusny dari rumah beliau ke meeting itu. Hanya berjarak kurang dua kilometer. Di mobil, hanya berdua kami, beliau menceritakan tiga hari lalu beliau mendapat telepon dari Bapak Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar. Bapak Menteri berta’ziyah secara khusus, menyampaikan rasa kehilangan atas kepergian Ibu Nawiyah beberapa waktu lalu. Mungkin Bapak Menteri baru mendapat khabar. Tak lupa Bapak Menteri menyampaikan akan menemui secara khusus Prof Yusny nanti kapan ke Aceh.
Sesaat sebelum turun mobil Prof Yusny menyebut saat ini sering mengambil waktu di rumah untuk merapi rapikan filing, yang dulu semua itu ibu yang lakukan. Luar biasa ibu, sangat baik dan cerdas.
Kami turun mobil pas sudah ada juga Doktor Taqwaddin, ketua ICMI Aceh di lapangan parkir. Kami berjalan bertiga masuk ke cafe MZ itu.
Terasa Saat Hilang
Saya menceritakan ini ke isteri saya langsung setiba di rumah dari meeting itu, pas menjelang azan magrib. Saya malah pamit meninggalkan meeting lebih awal karena ingin sampai di rumah saat waktu azan. Saat itu saya menemani isteri buka puasa. Berbuka dengan pisang rebus kelapa, manis. Titipan Prof Yusny, dari cafe itu. Buka puasa dengan ini, bagus, manis. Demikian Prof Yusny menyebutkan saat saya akan beranjak pulang.
Isteri saya senang mendengar. Tapi, ya dasar seorang isteri, dia seperti mencibir dan menyindir saya. Makanya isteri disayang, jangan dimarahin, jangan dibohongin. Kalau sudah hilang seperi itu jadi terasa. Saya katakan, makanya Prof Yusny mengingatkan kami para suami. Isteri saya menimpali ya ya makan terus, nanti telat ke mesjid.
Isteri saya bertemu terakhir dengan almarhumah ibu Yusny saat Idul Fitri lalu, saat kami berkunjung ke rumah beliau di Jalan Tgk Dibitai. Tidak banyak tamu kebetulan saat itu, setelah asar.
Saya ngobrol dengan Prof Yusny di ruang tamu, sementara isteri saya di ruang tengah dengan almarhumah ibu. Ibu Nawiyah sudah sakit saat itu tapi bisa duduk dan bercerita berdua, di tepi rusbang. Kami bubar saat sedikit lagi menjelang masuk waktu magrib.
Di mobil isteri saya sampaikan ibu Yusny lembut sekali dan kuat ingatan beliau. Rupanya beliau orang Selimuem. Masih terkait dekat keluarga beliau dengan keluarga kita di Indrapuri, kata isteri saya.
Sambil menyetir saya bilang ke isteri, lucu ya. Formatnya sama. Prof Yusny orang Bugak Bireuen dan saya Juli Bireuen pulang Aceh Besar. Kami tiba di rumah di kawasan Darussalam sudah menjelang waktu azan magrib. Lagsung ke mesjid.
Tidak ada pembicaraan lanjutan mengenai itu. Sampai kami dapat kabar ibu Nawiyah berpulang. Kebetulan saya dan isteri sedang membesuk keluarga di RSUZA saat itu. Dekat. Kami langsung bergerak ke rumah duka. Esoknya juga. Juga ramai keluarga isteri saya dari Seulimuem dan Indrapuri ada di rumah duka, membantu menata.
Kami sampaikan kembali selamat jalan ibunda Nawiyah Binti Ishaq. Allah sudah menyediakan tempat dan pelayanan yang sempurna dengan ma’unah dan ridhaNya.
Para Suami
Menimba pelajaran dari yang disampaikan Prof Yusny, kita para suami seringkali lalai dan lupa. Jangan sia siakan isteri selagi masih ada. Untung isteri kita baik baik dan setia.
Prof Yusny memang ketua Dewan Penasehat ICMI Aceh, tetapi pesan yang beliau sampaikan itu untuk semua kita. Bukan hanya untuk pengurus dan anggota ICMI di Aceh atau di mana saja. Di seluruh dunia. Bukan pula beliau sampaikan hanya di meeting kecil beberapa pengurus ICMI itu. Untuk semua.
Saya mengenal Prof Yusny, mengenal juga Prof BJ Habibie. Saya kenal Ibu Nawiyah, juga kenal Ibu Ainun. Saya dan isteri mengenal dari dekat dengan keempat tokoh kita itu. Kami melihat mereka menyapa, berbicara, melayani tamu, memberi apresiasi kepada siapa saja. Bahkan di rumah mereka. Sungguh sempurna.
Kalau Prof Yusny menyebut suami dan isteri adalah dua tapi satu itu mudah kita terima. Beliau menjalaninya. Beliau dan Prof BJ Habibie memberi teladan untuk kita.
Wallahu a’lam.
(Penulis adalah Bendahara ICMI Aceh, Pembina Yayasan PINBUK ICMI Pusat)


