Oleh Saifuddin A. Rasyid
Al-Rasyid.id | Dalam referensi sejarah islam ada satu tokoh sufi yang sangat populer, bahkan namanya masih disebut sebut sampai sekarang. Bahlul al-Majnun, nama viralnya.
Nama aslinya adalah Wahab bin Amru As-Syairafi Al-Kufi, lahir di Kufah Iraq. Dia meninggal pada tahun 810 M dikebumikan di Baghdad. Dia hidup pada era khalifah Harun al-Rasyid, dinasti Abbasiyah.
Dia terkenal dengan nama Bahlul karena karena dai baik, cerdas, penggembira, pintar mendongeng, baik sifatnya dan dermawan. Bahlul dalam bahasa Arab berarti orang yang banyak tertawa atau yang memiliki banyak sifat baik, bijaksana dan dermawan.
Bahlul tercatat masih kerabat khalifah Harun Al-Rasyid.
Tetapi kemudian karena tekanan kecenderungan hedonisme, kehidupan mencintai dunia yang tumbuh pesat baik di lingkungan istana maupun masyarakat, atas dorongan sahabatnya Imam Musa al-Kazhim, dia memilih uzlah, dengan cara berpura pura gila. Dua teman sufinya yang lain juga atas saran Imam Musa, memilih mengasingkan diri dan menjauh ke gunung.
Ada ahli sejarah juga menganalisis Bahlul terkena penyakit schizophrenia, yaitu semacam penyakit mental yang memungkinkan seseorang berhalusinasi dan besikap aneh.
Abu al-Qasim an-Naisaburi dalam kitabnya Al-‘Uqala’ al-Majanin (orang gila yang waras dan kuat akalnya), menerangkan dia dijuluki al-Majnun karena penampilanya yang nyentrik dan eksentrik, orangnya aneh. Penampilan kesehariannya tidak seperti masyarakat tempat ia hidup pada masanya.
Sehari hari dia hidup di gubuk dalam komplek pekuburan umum. Pakaian seadanya, makanan sekenanya, bicarapun asal keluar dari mulutnya. Intinya dia sangat jauh dari kebiasaan orang orang normal. Itu sebabnya dia dijuluki al-Majnun. Gila.
An-Naisaburi menceritakan bahwa ucapan ucapan Bahlul sebenarnya sangat dinanti oleh kabanyakan orang, walaupu sebagian orang awam menertawakannya. Anak anak bahkan sering mengganggunya di jalan dan melemparinya dengan batu. Tetapi dia tidak pernah membalas untuk menyakiti orang orang.
Bahlul malah seringkali mengunggah puisi yang syair syairnya juga dapat ditemukan dalam banyak referensi khazanah islam. Substansi syair dan puisinya berisi pesan pesan zuhud, mengajak manusia mencintai Allah dan melepaskan kecintaan pada dunia.
Dikisahkan pernah khalifah Harun al-Rasyid berhenti diatas kudanya, dan bertanya kepada Bahlul, saat itu Bahlul sedang duduk diatas pohon di pekuburan umum. “Kapan engkau akan sembuh dari gilamu, wahai Bahlul?.” Dijawab, “engkau yang gila wahai Harun, sedangkan aku waras. Engkau menghabiskan umur untuk membangun istana yang megah dan mewah sementara istana itu akan engkau tinggalkan dan fana. Sedangkan aku menghabiskan waktuku di pekuburan, untuk menyiapkan tempatku, dan engkaupun akan tinggal di pekuburan selamanya.”
Khalifah Harun menangis seraya berkata, “engkau benar, Bahlul. Berilah nasehat kepadaku, bantulah aku.” Bahlul menjawab, “perpeganglah kuat kuat pada kitabullah.” Khalifah berterimakasih kepadanya.
Lalu sebagai hadiah Khalifah Harun bertanya kepada Bahlul, “apakah engkau memerlukan bantuanku?” Bahlul berkata, “kalau begitu bantulah aku: panjangkan usiaku, tunda kematianku, dan masukkan aku kedalam syurga.” Khalifah Harun kaget dengan permintaan itu dan menjawab, “aku tak sanggup terhadap ketiga permintaanmu itu.” Bahlul berkata, “kalau begitu aku tak membutuhkan bantuanmu.” Khalifah Harun pun beranjak dalam perasaan dhaif.
Banyak pelajaran positif yang dapat dipetik dari kata kata hikmah Bahlul. Tentu disampaikannya dengan caranya yang gila. Dia contoh ahli hikamah yang produktif membimbing manusia pada masanya. Bahkan pelajaran darinya masih dapat kita nikmati sampai saat ini. Dia sosok yang baik, cerdas dan berani gila untuk kebenaran islam.
Tetapi sayangnya di masyarakat Melayu, khususnya di Indonesia dan Malaysia, tokoh Bahlul itu dinisbatkan sebagai orang bodoh, konyol, yang cara berpikirnya berantakan, tidak ada manfaat positif yang dapat diambi darinya. Malah sebaliknya Bahlul dianggap sebagai sosok yang membawa kekacauan, suka berbohong, suka menjilat atasan, dan suka melawan kebenaran dan kejujuran. Sikap dalam pemahaman seperti ini adalah seratus persen bertentangan dengan sosok Bahlul al-Majnun.
Berani Beda
Makanya ketika di Indonesia ada seorang tokoh publik yang bernama Bahlil maka segera orang orang dengan mudah mengasosiasikannya dengan sosok Bahlul dalam perspektif negatif sesuai pemahaman orang Melayu.
Memang demikianlah bila Allah sudah berkehendak. Allah dapat saja menciptakan tokoh pemeran Bahlul dalam pemahaman negatif ala Indonesia. Kebetulan klop pula dengan asumsi itu. Mudah diingat dan orang bersemangat untuk mengaitkannya. Padahal mungkin nama pak Bahlil diberikan oleh orang tuanya karena hendak menurunkan sifat sifat mulia sosok Syekh Wahab bin Amru al-Kufi alias Bahlul al-Majnun.
Kita melihat melalui statemen dan sepak terjang media bapak Menteri Bahlil seperti hanyut dalam sesuainya persepsi yang keliru masyarakat Indonesia terhadap sosok Bahlul. Seakan match.
Seperti Bahlul al-Majnun, sebagai tokoh nasional Indonesia Pak Bahlil tampak tampil sebagai pemberani. Berani beda. Dia seringkali membuat pernyataan dan tindakan blunder, dan dia berani melihat hasilnya. Tak jarang hasilnya menyedot energi bangsa, bahkan sering tampak merugikan dirinya sendiri.
Sifat keberaniannya terlihat ketika, pertama, dia sigap membangun ambisi menusuk masuk ke pusat kekuasaan nasional. Sangat cepat, tiba tiba saja sudah berada di dalam istana. Padahal tangga istana itu sangat tinggi untuk dinaiki. Tapi dia berani menempuhnya dan berhasil dengan caranya.
Kedua, dia tak sungkan mengakui kehebatan orang dengan memuji. Terpantau Pak Bahlil memuji presiden Jokowi dulu dengan menyebutnya raja jawa. Habis dia dimakan para tokoh budaya jawa dan para tokoh politik nasional. Tapi dia tak bergeming. Karena tampaknya Pak Jokowi kala itu juga berkenan dengan pujian itu.
Baru baru ini pak Bahlil juga memuji dengan mengangkat presiden Prabowi ke atas awan. Dia bilang presiden Prabowo tahu semua hal, darat, laut dan udara. Kita diminta tidak usah ragu dengan kepemimpinan presiden Prabowo. Cuma saja belum ada info apakah presiden Prabowo juga berkenan dan meyukai pujian ini.
Ya namanya manusia pastinya suka dipuji. Setiap kita juga dianjurkan memuji kelebihan orang lain. Tetapi bila lebay, dan terdapat terkesan berlebihan, terkadang orang geli juga melihatnya.
Ketiga, berani asbun. Belum lama ini di Aceh, di tengah bencana banjir, pak Bahlil bikin heboh dengan membuat laporan ABS (asal bunyi saja, alias asal bapak senang). Terkait progress perbaikan jaringan listrik yang sedang digarap PLN, kepada presiden pak Bahlil sebut siap “segera menyala malam ini di seluruh wilayah terdampak, sudah 93 persen siap.” Dalam kesempatan itu dia tampil bersama Dirut PLN melaporkan hal itu.
Pernyataan ini disambut haru biru warga Aceh yang sudah lebih sepekan gelap akibat bencana banjir. Tetapi rupanya ini blunder yang dahsyat. Keesokan harinya ribut. Ributnya parah. Seluruh Indonesia, bukan hanya Aceh. Presiden saja ditipunya apalagi kita, demikian umumnya orang berkomentar. Harapan warga langsung berubah kecewa.
Kebohongan Publik
Pak Bahlil melakukan kebohongan publik. Tak tampak merasa bersalah pula dia. Bahkan ia menyalahkan PLN yang salah memberi data kepadanya. Terjadilah saling menyalahkan di media. Antara Menteri ESDM dan Dirut PLN. Sedang masalah kelangkaan yang dihadapi warga belum ada tanda tanda teratasi.
Dirut PLN dan timnya kembali ke media meminta maaf dan membuat pernyataan baru. Tetapi kebanyakan orang sudah tidak percaya. Tak percaya siapapun lagi. Ini efek dari kebohongan publik. Tak ada yang layak dipercaya. Bahkan ketika presiden kembali memberi instruksi harus cepat selesai dan pernyataan membela bahwa akan baik baik saja, orang pun tak lagi mudah percaya.
Di group ICMI Aceh kami diskusi modus kebohongan ini. Kepada teman teman di group para cendekiawan itu saya menyebut itu teori rebus batu. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab terpantau dari sidak malam yang dilakukan Umar ada di satu rumah sedang menyala api di dapur. Dia mendekat dan singgah. Ternyata seorang ibu sedang merebus batu untuk menenangkan dua anaknya yang kelaparan. Tidak ada makanan. Tetapi ibu itu merebus batu.
Umar menyalahkan dirinya sendiri lalu pergi ke baitul mal mengambil dan memanggul sendiri malam itu sekarung gandum untuk ibu itu. Agar kelaparan yang dirasakan dua anak tersebut ada solusinya. Mungkin kisah khalifah Umar ini menginspirasikan menteri Zulhas untuk berfoto memikul beras.
Saya katakan di group ICMI Aceh, tidak usah termakan oleh janji janji yang selalu diperbarui itu. Yang penting kita hadapi kenyataan bahwa ini bencana dan berdiri di pihak kepentingan masyarakat.
Kebohongan publik sudah terjadi sejak awal bencana. Tampaknya ada skenario yang terpusat untuk membentuk opini nasional agar masyarakat Indonesia tidak terlalu terbebani dengan bencana sumatera itu.
Para pejabat atas nama negara yang turun ke wilayah bencana tentu membawa misi dan objective yang direncanakan. Semoga sejalan dengan misi kemanusiaan untuk membantu dan memulihkan penderitaan orang dan wilayah terdampak. Sejalan dengan misi ikhlas yang digelar oleh masyarakat sipil dan berbagai komponen warga bangsa.
Taubatan Nashuha
Bahlul al-Majnun tidak berbohong. Dia memang gila, tetapi ia pejuang kebaikan dan kejujuran. Yaitu kejujuran manusia kepada Tuhannya. Tidak seperti Bahlul dalam perspektif orang Indonesia.
Bahlul al-Majnun tidak memuji khalifah Harun al-Rasyid. Apalagi menjilatnya. Tentu dia tidak ABS. Bahkan dia meluruskan pandangan dan pemikiran sang khalifah. Juga meluruskan kekeliruan masyarakat warga sekitarnya.
Sejalan dengan semangat itu, sebagai pemilik nama yang baik kita berharap pak Bahlil akan menjadi asset bangsa ini dalam melangkah dan mencapai kemajuan. Pak Bahlil sudah terlanjur punya nama besar, jadi wajar kalau kita berharap.
Keterkaitannya dengan lika liku kekuasaan di Indonesia juga sudah sangat erat. Presiden pun tampak sudah menemukan kekuatan pak Bahlil yang mungkin dapat dikelola untuk kemajuan Indonesia, meskipun dulu bapak Prabowo sempat menyatakan heran mengapa pak Jokowi menunjuk pak Bahlil sebagai menteri. Mungkin kala itu beliau belum tahu potensi pak Bahlil.
Disinilah mungkin menjadi masuk akal anjuran pak Muhaimin Iskandar agar pak Bahlil melakukan taubatan nashuha. Agar menjadi pak Bahlil yang lebih baik. Untuk Indonesia yang lebih baik.
Mari pak Bahlil merajut kembali energi sejarah selanggeng cerita kebaikan Bahlul al-Majnun. Wallahu a’lam. (Banda Aceh 14 Desember 2025)
<Penulis adalah alumni SKI dan akademisi IP UIN Ar-Raniry Banda Aceh>
.jpg)